Meskipun setiap anak terlahir
genius, namun kenyatannya msih kita jumpai anak yang terlihat bodoh,
telmi,nilainya rendah, tidak naik kelas dan sebagainya . Mengapa hal semacam
ini bisa terjadi ?
Kita harus meyakini dulu bahwa setiap
anak sudah memiliki bakat dan talenta yang terpendam di dalam dirinya. Namun kenyataannya
seorang anak mengenal label “ saya bodoh “ setelah dia masuk di “ sekolah “. Kalau
kita lihat pihak sekolahlah yang memberi label anak itu pintar atau bodoh, dan
hal itu dipercaya oleh sang anak dan orang tuanya. Padahal Allah tidak pernah memberi
label “ bodoh “ kepada seorang anak.
Masalah sebenarnya adalah dari
pihak sekolah, guru atau orang tua yang belum berhasil mengeksplorasi kecerdasan
kepada anak. Mereka akhirnya memberi aneka ragam label : anak manis, sulit
diatur, anak bodoh, pemalas, kemampuan pas-pasan dll. Sang anak yang belum
mengerti hal ini mempercayainya. Akhirnya pernyataan tersebut masuk ke benak
pikiran sang anak dan terekam dalam alam bawah sadarnya ( Subconscious Mind ).
Dapat diduga saat mengerjakan
soal dan menemui tantangan baru, maka sang anak akan mengakses sebutan negative
tersebut di dalam otaknya, “ saya tidak bisa,
!” atau saya anak bodoh! “ atau “ matimatika sulit dan menakutkan ! “ atau “ PR
adalah siksaan ! “ dan sebagainya. Akhirnya, sekolah yang seharusnya
menyenangkan menjadi sebuah paksaan dan menakutkan dalam hidupnya.
Pertayaanya adalah : Bisakah
membantu anak “ bodoh “ menjadi pintar ? Menurut Markus Tan, tentu bisa. Sering
seorang guru menyarankan kepada orang tua agar anaknya diikutkan les pelajaran,
lebih rajin belajar, dan mengerjakan PR. Tentu saja hal ini tidak menyelesaikan
masalah anak. Lebih bijak jika orang tua lebih memfokuskan pada upaya menggali
dan menemukan potensi kecerdasan anak, membangkitkan keyakinan dan harga diri
sebagai pemenang dalam hidupnya. Kita harus membantu sang anag menemukan
dirinya, membongkar “ mental block “ dalam dirinya dan
menciptakan goal untuk masa depannya.
Jadi tidak hanya sekedar mengejar nilai baik di sekolah.
Kita harus sepakat bahwa setiap
anak memiliki keunikan dalam hal kecerdasan. Dan kegeniusan dan kecerdasan itu bisa
dikembangkan sedini mungkin, asal kita tahu bagaimana cara mengeksplorasi
kecerdasan dan kegeniusan seorang anak.
Sumber :
Asmani, Jamal Ma’mur.2009.Mencetak Anak Genius. Jogjakarta
: Vida Pres
Khan, Inayat.2007. Mendidik Sejak dari Kandungan hingga
Dewasa. Bandung : Marja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar